Minggu, 29 September 2013

I Love You, Oppa




author : Princes (@fay_vanessa)
Cast :
Kim Him Chan BAP
Yoo Hae Raa
Kim Ajhuma (Ibu Him Chan)
Park Min Ah
B.A.P Member

I Love You, Oppa
Aku memandang jendela apartementku. Menunggu adalah hal yang paling aku benci. Tapi jika menunggu orang yang spesial mungkin berbeda, dan aku akan dengan senang hati menunggunya. Tapi mungkin itu dulu, saat awal-awal menjalin hubungan dengan seorang Kim Him Chan. Pria berwajah tampan, berperawakan tinggi, berkulit putih, bermata gelap nan teduh yang membuat siapapun yang melihatnya akan senang, pria yang periang dan membahagiakan. Namun sekarang, setelah dia sibuk dengan debut pertamanya, semua itu berbeda.
Seperti saat dimana akhirnya dia datang setelah telat 2 jam dari waktu yang dia janjikan. Aku hanya bisa menarik paksa bibirku untuk tersenyum menyambutnya. Dan dia balas tersenyum dan memelukku.
“Chagiya, mianhae. Maaf aku telat tadi..” dia hendak menjelaskan alasannya datang telat. Tapi aku bukanlah orang yang bisa menerima alasan. Bagaimanapun selama 2 jam itu aku mencoba menghubunginya dan teleponnya selalu sibuk. Akupun akhirnya menarik dia masuk sebelum kita memulai lagi pertengkaran.
“sudahlah oppa masuk. Aku akan menghangatkan makanannya dulu karena aku rasa sekarang sudah mulai dingin” aku menariknya dan membiarkannya duduk di meja makan sementara aku menghangatkan makanan yang sudah aku buat untuknya 3 jam yang lalu.
“chagi, terimakasih. Seharusnya itu tidak perlu dihangatkan” senyum tulusnya mengembang. Tampan. Tapi aku semakin merasa hati ini sakit. Apa yang akan kukatakan padanya nanti. Namjachingu-ku yang selalu aku rindukan itu.
Flashback
“kamu tidak pantas untuk Himchan oppa eonni”
“bagaimana mungkin Himchan memillihnya sebagai yeojachingu nya”
“kamu benar-benar tidak layak untuknya”
“eonni, kau sebaiknya tinggalkan saja oppa”
Ahh kata-kata itu membuatku sakit hati. Terlebih setelah debut, Himchan yang adalah face of the group menjadi idaman semua wanita. Terutama gadis-gadis muda. Fangirlnya. Aku capek terutama saat aku harus menunggunya meluangkan waktu untukku. Aku akui aku egois, tapi dia benar-benar berubah. Aku merindukan sosoknya yang duu. Benar-benar merindukannya.
End of flashback
“Chagiya? Gwenchanaeyo?” tangan Himchan kini dia gerakan tepat diwajahku menarikku kembali dari lamunanku ke dunia nyata.
“ah oppa. gwenchana” aku kembali memaksakan senyumku. Dia hanya memegang pipiku lalu mencium keningku. Sungguh aku ingin menangis. Aku gigit bibir bawahku untuk menahan tangis ku. Aku menarik diri darinya, mencoba menghindar daripada aku harus menangis karena terlalu merindukannya. “oppa ayo kita makan” seruku mencoba terlihat biasa saja.
Himchan kembali duduk di tempatnya. Memasang wajah lucunya dan beraegyo ria. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Dia memasang tissue di lehernya layaknya seorang bayi serta garpu dan sendok di tangannya siap untuk melahap masakanku.
Selama makan kami terdiam. Terperangkap dalam kesunyian. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Lagi pula Himchan tampak asyik dengan makanannya dan seperti tak menghiraukan aku. Aku benar-benar tak berselera. Aku hanya memandangi setiap inchi wajah namjachingu ku itu.
“chagiya, ada yang kau pikirkan?” himchan membangunkan aku dari lamunanku.
“oppa…” ucap ku lirih. Air mataku mulai turun membasahi pipi dan aku tak bisa melanjutkan ucapanku. Aku segera menghapus air mataku agar tidak terlihat Himchan. Tapi itu terlambat. Himchan menghampiriku, memutar kursi yang aku duduki agar menghadap kepadanya, berlutut di hadapanku dan memegangi pipiku menghapus air mata yang kini mengalir dengan derasnya.
“uljima. Ada apa?” tanyanya khawatir. aku sakit oppa. Hatiku sakit. Kau berubah. Aku merindukanmu-batinku.  tangannya masih di pipiku. Matanya yang gelap menatap langsung ke mataku. Hal itu menusuk sampai ke hatiku. Sakit. ya hanya itu yang aku rasakan kini. Aku melepaskan tangannya menjauh dari pipiku.
“oppa, aku rasa aku tidak bisa meneruskan hubungan ini” aku berdiri dari dudukku. Menjauh darinya. Aku tidak tahan melihatnya. Aku masih mencintainya tapi mereka bilang aku tidak pantas untuk seorang Kim Him Chan. “Mianhaeyo” akupun berjalan menuju kamarku. Tapi sebelum aku masuk, Himchan berdiri dari posisi sebelumnya.
“Tapi mengapa?” tanyanya. Aku tidak bisa bilang apa alasannya.
“aku bosan pacaran denganmu oppa” ppabo! Mengapa kata-kata itu meluncur dengan mulus dari bibirku. Aku mengutuk diriku sendiri atas apa yang aku katakan. Aku tidak berani melihatnya. Aku masih dalam posisiku membelakanginya. Menahan rasa sakit dan tangis yang akan meledak.
“aku tahu kau bohong Yoo Hae Raa” Himchan memelukku dari belakang. Membuat aku sedikit tersentak. Aku takut dia merasakan badanku yang mulai bergetar karena isakan tangisku. “kalau kau bosan, lantas mengapa kau menangis sampai terisak seperti ini?” tanyanya sambil masih memelukku. Oppa kumohon jangan mempersulit ini-batinku.
“oppa..kumohon lepaskan…” sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, Himchan mempererat pelukannya. Nafasnya terasa hangat di leher dan pundakku. Aku merindukkan namja ini. merindukan perlakuannya terhadapku dulu.
“biarkan begini. Sebentar saja. Setelah itu aku akan pergi” aku makin menahan tangisku. Tapi airmata ini tidak bisa berbohong. Ini terus mengalir, tapi aku tidak bisa menghapusnya dari pipiku karena tanganku masih berada di dalam pelukannya.
5 menit
10 menit
Kami masih dalam posisi yang sama. Tangisku sudah mulai mereda walau airmata masih saja turun.
“Maafkan aku Haeraa-yah. Maaf aku tidak bisa menepati semua janjiku. Maaf aku menyakitimu terlalu banyak. Maaf karena membuatmu menangis. Haeraa-yah apakah kau mau memaafkan aku eoh?” tanyanya mendadak. Aku tidak bisa menjawabnya. Aku hanya diam tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Sungguh ini tidak sepenuhnya kesalahanya.
Himchan melepaskan pelukannya, memutar tubuhku sampai berhadapan dengannya. Dia mengangkat wajahku agar bisa berhadapan langsung dengan wajahnya. Tapi aku tidak bisa. Aku memandang kearah lain.
“Haeraa-yah?”
“oppa…sudahlah. Itu bukan sepenuhnya salahmu” aku masih memandang ke arah lain tidak bisa menatap matanya. Aku takut kalau aku akan menangis lagi di hadapannya.
“Haeraa-yah” dia kembali memelukku. “aku merindukanmu. Sangat. Aku pikir..” aku menyela kalimatnya yang belum selesai dia ucapkan kepadaku.
“oppa sudahlah jangan membuat ini menjadi sulit” aku merasakan ada air hangat membasahi bahuku. Ya Himchan menangis. Aku tidak pernah melihatnya menangis. Kini badannya mulai bergetar. Dia mulai terisak. “oppa…” aku melepaskan pelukannya. Himchan mengapus air mata di pipinya dengan tangannya cepat.
“Mianhae aku menangis hehe” saat seperti ini saja dia masih bisa menunjukkan tingkah lucunya. Aku memaksakan senyumku mengembang. “Haeraa-yah kau mau berjanji padaku?” Himchan memegang pundakku dengan kedua tangannya. Aku hanya mengangkat sebelah alis mataku menandakan apa yang harus aku janjikan padanya.
“kau harus berjanji kau akan baik-baik saja, kau harus berjanji kau tidak akan menangis lagi, kau harus janji kau harus menjadi Yoo Hae Raa yang kuat. Jadilah yeoja yang baik. Arraseo?”
“ne oppa, arraseo” jawabku pelan. Tiba-tiba bibir hangat dan lembut Himchan mendarat di keningku. Sebuah ciuman yang membuat aku semakin merasakan sakit di dadaku. Himchan melepaskan ciumannya dari keningku.
“take care ok? Oppa pulang ya Haeraa-yah ?” senyumnya lagi-lagi mengembang. Aku mengangguk pelan.  Sebagian hatiku berteriak memintanya untuk tetap disini. “temui aku kalau kau berubah pikiran ne? hehehe. Neomu saranghae, Haeraa-yah”
Dia memelukku cepat. Mengambil jaketnya lalu berlalu. Aku mengehembuskan nafas putus asa. Oppa, nado saranghae, batinku lagi-lagi bergejolak. Satu sisi aku ingin memilikinya dan tak ingin melepaskannya, satu sisi yang lain mengharuskanku untuk melepasnya dari hidupku.
Setelah Himchan meninggalkan apartementku, aku menaiki kasurku dan menarik selimut sampai menutupi kepalaku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku mengigit bantal saking kesalnya. Kenapa harus seperti ini?
Esoknya aku terbangun karena cahaya matahari memasuki kamarku dan menyilaukan mataku. Aku lupa, sepertinya semalam setelah lelah menangis aku lupa menutup jendela kamarku. Aku bangun dengan perasaan kacau pagi itu. Aku harus berangkat ke kampus dan ada ujian di kelas musik sorenya. Aku pergi mandi dan berpakaian. Setelah memilih baju yang akan aku kenakan ke kampus, aku menatap wajahku lekat-lekat di cermin. Ya, sisa tangis semalam meninggalkan sembab pada mataku. Aku mendesah pelan, mengambil beberapa make up ringan dan mulai menyamarkan sisa-sisa kepedihan itu di wajahku.
Setelah siap aku keluar kamar berniat sarapan. Tapi perasaanku semakin kacau melihat meja makan yang aku lupa bersihkan semalam karena kejadian itu. Masih ada mangkuk sup bekas makan Himchan, lengkap dengan sendok yang dia letakkan asal dan meninggalkan noda di meja. Aku membersihkannya sekarang dengan perasaan yang sama kacaunya. Aku rindu momen makan malam bersamaku dengannya dulu dan dia selalu membantuku membersihkan alat makan yang kami gunakan walau dia lebih banyak main air ketimbang membantuku membersihkan alat makan.
Nafsu makanku hilang. Aku memutuskan untuk berangkat saja ke kampusku. Di kampus aku bertemu dengan sahabatku, Park Min Ah. Aku tahu aku bisa menceritakan segalanya kepadanya. Tapi untuk masalah ini rasanya susah. MinAh mendapati mataku bengkak. Dia terus menginterograsiku dengan berbagai pertanyaan “kenapa? Ada apa?”. Aku hanya diam. Dan dia berhenti menanyaiku karena dia tau aku tidak akan bercerita kalau aku tidak mau. Dia pergi sebentar lalu kembali membawakan aku segelas kopi Americano. Ah kopi favorite Himchan. MinAh hanya duduk lalu mengelus pelan punggungku.
“Aku tidak tahu kau kenapa HaeRaa-yah. Aku juga tidak akan memaksa orang keras kepala sepertimu bercerita. Yang pasti kau harus percaya, semua akan baik-baik saja. Jadilah Yoo Haeraa yang kuat. Kau pasti bisa. Iya kan?” dia mengajakku berbicara tapi pandangannya lurus ke depan. Menerawang lalu menyenggolku dengan sikunya dan tersenyum. Aku balas tersenyum kepadanya dan dia dengan bahagia menarikku kedalam pelukan eratnya dan tertawa riang. MinAh memang sahabatku, dia selalu berhasil membuatku tersenyum.
Semenjak malam itu aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Himchan. Aku tau dia sibuk. Benar-benar sibuk. Hadir di beberapa acara TV dan Radio. Aku melihat dia selalu ceria. Aku sedikit lega. Tapi ada satu hari dimana Kim Ajhuma, Ibunya Himchan, meneleponku mengabariku bahwa Himchan jatuh saat akan naik mobil dan tangannya patah. Aku terkejut mendengar kabarnya. Apalagi sebentar lagi dia akan comeback membawakan lagu yang mengaharuskannya menari dengan penuh energi.
“Haeraa-yah, kau masih disana?” Kim Ajhuma bertanya dengan lembut kepadaku, membangunkanku dari keterkejutanku.
“ah ne eomoni. Lalu dimana oppa sekarang, eomoni?”
“dia ada di rumahku sekarang. Dia terlihat sangat terpukul Haeraa-yah. Aku tahu kalian sudah putus, tapi maukah kau datang menyemangatinya?” pintanya. Aku tidak tahu. Aku masih tidak sanggup menemuinya.
“Eomoni, mianhae. Sepertinya tidak sekarang.” Jawabku pelan. Takut kalau ajhuma akan kecewa.
“baiklah kalau begitu. Kau baik-baik ya chagiya? Kalau ada kabar lagi, nanti aku hubungi kau neh?”
“baik eomoni. Kamsahamnida”
“ne chagi”
“eomoni..”
“ne?”
“ah, aniyo.” Aku bingung bagaimana meminta ibu dari Himchan untuk menyampaikan salamku untuk anaknya. Aku urungkan niatku karena, yah aku tidak tahu karena apa. Yang pasti ini susah untuk mengatakannya.
“baiklah, akan aku sampaikan salam darimu hahaha” oh my God. Ibunya sekarang seram bisa membaca pikiranku. Atau tadi aku bergumam? Tidak sepertinya memang ajhuma bisa membaca pikiranku.
“hehe terimakasih eomoni”
“ne chagi. Ku tutup teleponnya ya?”
“ne”
Sambungan telepon terputus. Aku khawatir sekarang. Bagaimana bisa seorang Kim Him Chan yang periang bisa menjadi sebegitu terpukulnya.
Beberapa bulan setelahnya, aku dengar dari MinAh bahwa B.A.P akan melakukan Fansign. MinAh mengajakku dengan sedikit memaksa untuk menemaninya ke acara yang MinAh bilang “Lafesta Outdoor Stage Ilsan Fansign”. Dia bilang dia ingin bertemu Bang Yongguk untuk memintanya berfoto bersama. Entahlah sejak kapan dia menjadi fangirl seheboh itu.
Akhirnya aku menemaninya ke acara fansign itu. Aku melihat Himchan sedang sibuk berpose mengahadap ke kamera fans nya. Aku melihat tangannya dibebat. Dengan kemeja biru lautnya, dan lengkap dengan coat yang terpasang rapi di badannya menambah rasa rinduku kepadanya.
“MinAh-yah, kau punya foto Himchan oppa?” tanyaku. Sebuah ide untuk menemuinya terbersit di pikiranku.
“ada tapii Haeraa-yah, kan aku juga mau meminta cap dari Himchan oppa” MinAh menunjukkan wajah memelasnya. Ah tidak MinAh, itu tidak akan mempengaruhiku.
“ayolah MinAh-yah. Aku hanya akan meminta cap dari Himchan oppa, lalu fotonya aku kembalikan kepadamu. Bagaimana?”
“baiklah. Aku tahu kau sudah merindukannya. Iya kan?” ah God bagaimana orang-orang bisa menebak pikiranku? Aku menginjak kaki MinAh pelan. Kode untuk memintanya mengecilkan suaranya. Bagaimanapun hubungan seorang artis harus ditutup rapi.
“yaa Haeraa-yah, apayo” MinAh meringis kesakitan. Selalu saja bertingkah berlebihan sahabatku yang satu ini.
“ini untukmu, aku tahu kau pasti akan melakukan ini. aku siapkan dua foto untukmu. Ini” dia menyerahkan dua lembar foto. Yang satu foto lengkap member B.A.P. yang satu lagi, omo! Ini foto aku dan Himchan oppa waktu masih pacaran dulu. Bagaimana bisa MinAh mengambil dan mencetaknya. Ah lupakan.
“gomawoyo” aku memeluk MinAh semangat. Lalu aku mengeluarkan gantungan kunci berbentuk kelinci berwarna pink. Aku siap-siap menemuinya. MinAh hanya tersenyum melihatku. Aku sedikit grogi dan sampai akhirnya aku berada di hadapan Bang Yongguk oppa. Aku menyodorkan foto bergambarkan keenam member B.A.P. Sedikit berakting agar tidak menarik perhatian. aku kedipkan sebelah mataku kepada Yongguk oppa dan dia hanya tersenyum menunjukkan gummy smile nya.
“oppa gomawo” aku pura-pura bahagia. Yongguk oppa yang mengerti maksudku. Dia hanya sedikit membungkuk dan tertawa pelan. Kru yang ada di situ juga ikut tertawa melihat kelakuanku. Ya aku sudah mengenal mereka sebelumnya jadi wajar mereka tidak menghalangiku saat menepuk pelan tangan Yongguk oppa.
Lalu aku meminta tandatangan ke Daehyun, Youngjae dan Jongup. Mereka hanya tersenyum saat aku berikan kode dengan mataku. Sampai pada saatnya aku meminta tanda tangan si maknae, Zelo. Dia mengangkat kepalanya menghadap ke wajahku dan membulatkan matanya kaget.
“Noona” dia sedikit berteriak. Tapi tidak mengganggu kegiatan Himchan yang sedang asyik difoto dan beraegyo. “Bogoshipoya Noona-yah” Zelo menarik foto dari tanganku dan tersenyum. “Kau mau aku tanda tangan di sebelah mana Noona??” tanyanya menggodaku. Aku tertawa pelan lalu membalas godaan maknae itu.
“Ah Zelo-yah, bisa kau tuliskan di situ ‘untuk Himchan oppa, kau tahu aku ada disini sekarang’. Bisa kan Zelo-yah?” aku sedikit mengeraskan volume suaraku dan sedikit mendekatkan wajahku pada Zelo.
Himchan yang mendengar namanya disebut lalu memutar pandangannya ke arahku. Aku tau dia kaget karena matanya membelalak. Sedetik kemudian dia tersenyum. “Yoo Hae Raa”. Dia mengembangkan senyumnya lagi.
“noona ini. terimakasih telah datang kemari, tetap support kami ya Noona?” Zelo kini menjadi penganggu. Tapi aku tidak memprotesnya dan hanya berbisik berterimakasih kepadanya. Aku bergeser ke meja dihadapan Himchan oppa. Bisa aku lihat Himchan masih tersenyum. Akupun ikut tersenyum karenanya. Aku mengeluarkan selembar foto yang menggambarkan aku dengannya dulu dan memberinya gantungan kunci berbentuk kelinci yang aku buat sendiri dan memang awalnya akan aku berikan kepadanya waktu kami masih pacaran.
“Oppa, get well soon” aku memberikan foto dan gantungan kunci itu. Himchan melihat foto itu dan tersenyum melihat tulisan yang aku tulis. Himchan oppa, I Love You.
“baiklah, akan aku cap disini ya?” dia ikutan menggodaku. “Gantungan yang bagus. Apa kau buat sendiri?”
“ah iya oppa, aku membuatnya sendiri” aku tertawa geli melihat kelakuan kami.
“ini. terimakasih ya sudah mau datang.” Dia tersenyum sambil mengembalikan foto kami dalam keadaan dibalik.
“iya oppa. Oppa fighting” aku mengepalkan tanganku diudara menunjukkan bahwa aku menyemangatinya. Himchan tertawa geli melihatku, ku rasa.
Aku berlalu dan menemui MinAh yang tengah asyik senyum-senyum sendiri melihat foto B.A.P di tangannya. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku juga sehingga aku masih saja tersenyum. Sampai seseorang menepuk pundakku. Aku membalikkan badanku dan membungkukkan badanku pelan setelah tahu siapa yang menepukku barusan.
“ah Yang oppa” dia adalah salah seorang staff yang sudah aku kenal sebelumnya. Dia tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke telingaku.
“Himchan memintamu menemuinya setelah acara ini selesai Haeraa-yah” dia menjauhkan wajahnya kembali dan tersenyum.
“baiklah oppa” aku pun tersenyum. Lalu Yang oppa meninggalkanku dan kembali ke tempatnya semula.

“anyyeong” aku dan MinAh membungkukkan badan kami pelan ketika memasuki backstage. Aku bisa melihat MinAh bingung kenapa dia aku bawa kesini. Tapi aku tahu dia senang bisa melihat member B.A.P tanpa gangguan fangirl lainnya.
“Noona” Zelo berteriak dan berlari menghampiriku lalu memelukku. Aku bisa melihat Himchan berdiri dari duduknya. “Kyaa Junhong-ah. Berhenti dan lepaskan pelukanmu”. Aku tersenyum melihatnya. Zelo melepaskan pelukannya dariku dan memasang wajah cemberut.
“Kyaa hyung, aku kan rindu pada noonaku. Tidak boleh?” Zelo berjalan kearah member yang lain sambil tangannya memegang pergelanganku membuatku mengikut di belakang tubuh jangkungnya.
“dan siapa yang mengijinkanmu menggenggam tanganya hah?” Himchan lagi-lagi berteriak.
“noona sendiri tidak melarangku hyung. Kenapa kau marah?” Zelo lagi-lagi menggoda Himchan. Aku dan member lainnya hanya tertawa melihat tingkah kekanakkanakkan mereka.
“aish. Aku meminta Haeraa kesini bukan untuk menemuimu kyaa Choi JunHong” Himchan lalu berjalan mendekatiku. Meraih tanganku yang dari tadi ada di genggaman Zelo. “Haeraa-yah ikut aku”. Aku hanya bisa menurut.
“Zelo-yah. Kutitipkan yeoja bawel satu ini ya?” aku menunjuk MinAh yang dari tadi tidak berkedip melihat member B.A.P. Yang ditunjuk hanya mendengus kesal lalu tersenyum kembali melihat pujaan nya, Bang Yongguk.
“baik noona. Kau hati-hati ya? Mr Kim yang ada di sebelahmu itu kini menjadi buas” Zelo berteriak saat aku dan Himchan sudah sampai pintu. Aku hanya tertawa mendengarnya.

Kini kami berada di tempat sepi yang tidak banyak orang berlalu lalang. Kalaupun ada, paling kru. Himchan mendudukkanku di salah satu bangku, dia mengambil bangku lain dan duduk tepat dihadapanku.
“Haeraa-yah” aku mengangkat wajahku dan mendapatkan wajah Himchan beubah serius.
“ne oppa?”
“Mianhaeyo”
“oppa…” perasaan tidak nyaman kalau Himchan meminta maaf kembali menyerang hatiku.
“Mianhaeyo karena aku sudah tidak banyak punya waktu denganmu dan membuatmu tersiksa karena, yah aku tidak tahu, mungkin karena kau merindukan momen kita bersama.” Aku kembali membuka mulutku hendak berbicara, tapi tangan kiri Himchan yang meremas tanganku memberikan kode untuk tidak menyelanya. Akupun kembali menutup mulutku dan kembali memperhatikan wajahnya.
“Mianhaeyo Haeraa-yah karena fangirl diluar sana menyakitimu dengan kata-kata mereka. Kau tidak usah bertanya aku tahu dari siapa. Tapi percayalah mereka salah. Kalaupun ada yang pantas menjadi kekasihku, itu hanya kau Yoo Hae Raa. Sungguh, tidak ada yang lain.
“Mianhaeyo karena aku tidak bisa membelamu waktu fangirl itu mencacimu,
“Mianhaeyo karena aku tidak bisa berbuat apa-apa,
“Mianhaeyo Haeraa-yah. Jeongmal mianhaeyo” kini aku bisa lihat ketulusan dari Ulzzang satu ini.
“oppa, sudahlah. Itu bukan salahmu. Maafkan aku juga karena terlalu egois, karena menjadi pesimis. Nado jeongmal mianhae, oppa” aku bisa melihat dia tersenyum. Senyum yang sudah lama aku rindukan.
“neomu saranghaeyo Haeraa-yah” dia mendekatkan wajahnya ke arahku.
“nado oppa” aku tersenyum. Tiba-tiba bibirnya berada tepat di bibirku. Selebihnya aku tidak tahu. Yang aku tahu saat itu kami sudah hampir kehabisan nafas karena ciuman itu. Mungkin sudah cukup lama. Akhinya kami melepaskan ciuman kami lalu tersenyum. Himchan menempelkan keningnya di keningku. Dan tangan kirinya dia letakkan di kepalaku mengusapnya pelan lalu menjauhkan wajahnya.
“oppa” aku memulai pembicaraan dengan rasa canggung.
“ne chagiya? Oh tidak, bolehkah aku memanggilmu chagiya kembali?” himchan mencoba mencairkan kecanggungan kami.
“ne oppa” aku tersenyum mendengarnya memanggilku seperti itu lagi.
“dan apakah kau mau menjadi yeojaku kembali?” tanyanya hati-hati. Aku terseyum lalu mengangguk.
“huaaa thank you baby girl” bisa aku lihat wajahnya yang bahagia. Sama halnya dengan hatiku kini.
“hehe oppa, tanganmu, tanganmu bagaimana?” himchan melihat tangannya sejenak lalu kembali menatapku sambil tersenyum.
“it’s oke. Semuanya terasa lebih baik sekarang hahaha” dia menggaruk kepalanya yang aku rasa tidak gatal.
“makanya oppa, kau ini harus lebih hati-hati. Seperti anak kecil saja bisa sampai terjatuh seperti itu haha” himchan mencubit hidungku pelan dan ikut tertawa.
“oppa, apayo” aku pura-pura cemberut. Tapi sedetik kemudian aku sudah berada di pelukannya.
“haahaha mianhaeyo chagiya” dia membenamkan wajahnya di pundakku.
“oppa” aku setengah berbisik sambil balik memeluknya. “saranghamnida, Oppa. Jeongmal saranghamnida”. Aku tersenyum bahagia sekarang. Menjadi yeojachingunya, merasakan pelukannya dan entahlah. Pada intinya aku benar-benar bahagia menjadi milik seorang Kim Him Chan.

“I Love You More And More, My Baby Girl”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar